Jurnalmetropol.com, Mataram – Dalam rangka Dies Natalis Fakultas Hukum Universitas Mataram (FH Unram) ke-56, FH Unram hadirkan Dr. Rieke Diah Pitaloka dan Dr. Sofyan Sjaf dalam Kuliah Umum bertajuk Urgensi Produk Hukum Untuk Melahirkan Data Negara yang Presisi. Kuliah umum ini sukses digelar pada Rabu malam (30/11/2022)di Gedung Dome Universitas Mataram.
Dekan FH Unram, Dr. Hirsanuddin, S.H., M.Hum. menyambut baik kedatangan anggota Komisi IV DPR RI tersebut. Ia menyampaikan, sesuatu yang diusahakan saat ini terkait produk hukum seperti Peraturan Pemerintah sebagai dasar hukum untuk Data Desa Presisi (DDP).
“Fakultas Hukum Unram akan mendukung penuh dan siap menjadi pelopor dalam mendukung program tersebut,”tegas Dekan FH Unram itu.
Rektor Unram, Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo, M.Agr,St., Ph.D. berharap metode Data Desa Presisi yang dibawakan oleh Dr. Rieke dan Dr. Sofyan dapat diaplikasikan pada desa-desa dan kelurahan di NTB.
“Nantinya Unram bisa bekerjasama dengan anggota legislatif sebagai garda terdepan dalam merealisasikan program-program unggulan yang dihasilkan,”ungkap Prof. Bambang saat diminta memberikan sambutan.
Dr. Sofyan Sjaf selaku Wakil Ketua LPPM IPB Univesity hadir sebagai pembicara pembuka mengungkapkan bahwa era digital dan kemajuan teknologi menjadi momentum dan instrumen untuk mewujudkan data akurat.
Data Desa Presisi (DPP) ini, lanjutnya, sesuai amanat founding father (pendiri bangsa) bahwa pembangunan nasional hanya dapat dilakukan melalui democratic rural development dan data akurat. “Sehingga Data Desa Presisi atau DDP ini hadir sebagai sintesis dan juga penyempurnaan dari sistem pendataan yang sudah ada,”ujarnya.
Lebih dari 300 mahasiswa dan akademisi Unram hadir dalam kuliah umum tersebut. Politisi perempuan asal Jawa Barat yang merupakan anggota DPR RI komisi IV ini menyerukan gerakan Sikat Sindikat Data Negara. Baginya NTB memiliki potensi yang sangat baik.
“Saya kira perjuangan mempertahankan dan menguatkan fakultas serta vokasi di NTB adalah tugas sejarah yang harus kita selesaikan bersama,”jelasnya.
Sementara itu, Rieke Diah Pitaloka, Perempuan yang dinobatkan sebagai The Most Powerful Woman oleh Asia Globe itu, memaparkan pandangannya mengenai pancasila sebagai dasar Ideologi negara.
“Pancasila bagi saya bukan dipotongi antara kelompok nasionalis dengan tidak nasionalis. Pancasila bagi para pendiri bangsa ini bukan untuk memecah belah rakyat dalam dua kubu; radikal atau tidak radikal. Saya menghayati pancasila sebagai perjalanan spiritual,”ungkapnya pada seluruh mahasiswa dan akademisi Unram.
“Dibalik angka dalam data negara, ada nasib dan nyawa jutaan rakyat yang dipertaruhkan,”tutupnya pada Kuliah Umum Urgensi Produk Hukum Untuk Melahirkan Data Negara yang Presisi.(Rahmat)
Sumber: Jurnalmetropol